Arsitektur monolithic adalah sebuah pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak yang menggabungkan semua komponen dan fungsionalitas aplikasi ke dalam satu unit tunggal.
Lebih dari sekadar konsep, arsitektur ini telah digunakan secara luas dalam pengembangan aplikasi baik pada skala kecil maupun besar.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai arsitektur monolithic, artikel ini akan membahas berbagai aspek terkait konsep tersebut secara lebih detail. Simak sampai akhir, ya!
Apa itu Arsitektur Monolithic?
Arsitektur monolithic merupakan model di mana semua proses dan fungsi aplikasi dijalankan bersama dalam satu kode base.
Fokusnya adalah menciptakan satu aplikasi besar yang mengelola berbagai fitur dan layanan yang terhubung erat satu sama lain. Struktur ini sangat berbeda dari arsitektur microservices yang memecah fungsi aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang terpisah.
Penerapan arsitektur monolithic umumnya bertujuan untuk menyederhanakan proses integrasi berbagai fungsi ke dalam satu kesatuan aplikasi.
Aplikasi yang dibangun menggunakan arsitektur ini sering kali dirancang untuk organisasi yang mengutamakan stabilitas dan kontrol terpusat. Arsitektur ini kerap dipilih oleh tim pengembang yang ingin menghindari kompleksitas manajemen layanan yang terpisah.
Kelebihan Arsitektur Monolithic
Salah satu kelebihan utama dari arsitektur monolithic adalah kesederhanaan dalam pengembangan dan manajemen.
1. Pengembangannya lebih mudah
Pengembangan aplikasi dengan arsitektur monolithic memungkinkan seluruh komponen disusun dan dikelola dalam satu basis kode.
Ketika bekerja dalam tim, ini bisa berarti proses koordinasi yang lebih sedikit antara programmer, karena semua bagian terkumpul dalam satu unit. Tidak hanya itu, pengembang juga bisa lebih mudah memahami alur aplikasi secara keseluruhan.
2. Testing dan debugging lebih mudah
Testing menjadi lebih mudah dilakukan pada aplikasi berbasis monolithic karena keseluruhan sistem terpusat pada satu tempat.
Hal ini memudahkan identifikasi dan perbaikan bug karena seluruh kode aplikasi dapat diuji dalam satu langkah. Tidak hanya itu, proses debugging juga menjadi lebih efisien, karena isu dan solusinya bisa ditemukan di dalam basis kode yang sama.
3. Deployment lebih sederhana
Proses deployment lebih sederhana dengan arsitektur monolithic karena hanya membutuhkan satu langkah untuk menerapkan seluruh sistem.
Tidak ada manajemen layanan yang terpisah, yang berarti aplikasi dapat diunggah sekali dan langsung beroperasi. Ini memberikan keuntungan dalam hal pengimplementasian dan perawatan aplikasi.
Deployment tunggal ini meminimalkan kerumitan dalam pengelolaan infrastruktur aplikasi. Risiko kesalahan atau downtime saat peluncuran versi baru juga bisa lebih diminimalkan.
Kekurangan Arsitektur Monolithic
Meskipun terdapat banyak kelebihan, arsitektur monolithic juga memiliki beberapa kekurangan yang penting dipertimbangkan. Berikut informasinya:
1. Skalabilitas
Arsitektur monolithic seringkali terkendala dalam hal skalabilitas. Karena semua komponen bergantung satu sama lain dalam satu aplikasi besar, menjadi sulit mengefisiensikan proses ketika beban trafik meningkat.
Ketidakmampuan untuk membagi beban secara efektif pada berbagai server dapat menghambat kinerja ketika pengguna terus bertambah.
Ini menonjolkan kekurangan fundamental bahwa meski arsitektur ini bagus untuk sistem yang lebih kecil, tantangan skalabilitas menjadi nyata saat skala bertambah. Penskalaan vertikal bisa mahal seiring pertumbuhan pengguna.
2. Adanya perubahan
Setiap perubahan yang terjadi pada aplikasi berbasis monolithic seringkali membutuhkan penanganan seluruh sistem.
Semua elemen harus di-build dan di-deploy kembali walaupun yang diubah hanyalah satu komponen saja. Ketergantungan antar modul mengakibatkan kerja pengembangan lebih banyak dan memakan waktu.
Proses ini bisa menjadi tantangan besar dalam menjaga ritme kerja dan kecepatan penyampaian fitur baru. Risiko kesalahan juga meningkat, membuat pemeliharaan dan upgrade jadi rentan masalah. Ketergantungan seperti ini menjadi batasan signifikan.
3. Usaha ekstra untuk menjaga kode agar tetap bersih
Perlu usaha ekstra agar kode tetap bersih dan mudah dikelola dalam struktur monolithic. Sangat mudah bagi kode menjadi rumit dan sulit dimengerti akibat penambahan fitur seiring waktu.
Peningkatan kompleksitas ini memerlukan dedikasi lebih besar dari tim pengembang agar aplikasi tidak menjadi terlalu rumit dikelola. Upaya semacam ini seringkali menambah beban kerja keseluruhan.
Sudah Tahu Apa itu Arsitektur Monolithic?
Arsitektur monolithic adalah model pengembangan perangkat lunak yang mempertahankan semua fungsi dalam satu kesatuan, menjadikannya solusi sederhana dan terpusat.
Keuntungan dari pendekatan ini mencakup kemudahan pengembangan dan pengelolaan aplikasi. Namun, terdapat juga kelemahan dalam hal skalabilitas dan fleksibilitas perubahan.
Dari kesimpulan di atas, apakah kamu tertarik menggunakan VPS sebagai basis implementasi dari aplikasi berbasis arsitektur monolithic? VPS dapat menjadi sarana optimal yang menawarkan stabilitas tambahan untuk proses deployment dan manajemen aplikasi kamu.