Tahukah kamu, bagaimana cara memastikan sebuah software sudah berjalan normal? Ya, tentu saja dengan pengujian aplikasi atau software. Black box testing adalah salah satu metode pengujian yang paling sering digunakan.
Aplikasi yang dibuat harus diuji terlebih dahulu sebagai evaluasi apakah perangkat lunak sudah memenuhi persyaratan atau belum. Selain itu, pengujian aplikasi juga sangat penting guna memastikan software layak dipublikasikan.
Lantas, apa itu black box testing? Tenang, di artikel ini Dewaweb akan bahas secara ringkas mulai dari pengertian, tipe, dan kelebihannya. Simak sampai selesai, ya!
Baca Juga: Pengertian Usability Testing: Metode dan Manfaatnya bagi Bisnis
Apa itu Black Box Testing
Berdasarkan lansiran Guru 99, black box testing adalah metode pengujian aplikasi yang fungsionalitasnya diuji tanpa pengetahuan tentang detail implementasi, struktur kode, dan jalur internal. Pengujian hanya meninjau input dan output aplikasi yang sepenuhnya berbasis spesifikasi dan persyaratan software.
Sesuai namanya, Black box testing mencerminkan perspektif penguji yang seperti melihat sebuah black box atau kotak hitam. Black box yang dimaksud bisa jadi berupa perangkat lunak atau sistem yang ingin diuji. Misalnya, sistem operasi seperti Android, iOS, Windows, Linux, atau situs web seperti Google, Yahoo, Bing, dan sebagainya.
Selain itu, kamu juga bisa menguji aplikasi atau perangkat lunak buatanmu sendiri dengan metode pengujian black box. Pengujian dilakukan untuk menemukan masalah atau bug pada aplikasi. Hal ini sangat penting guna memastikan aplikasi yang dibuat benar-benar sudah siap dipublikasikan.
Baca Juga: UX Designer: Pekerjaan, Skill, dan Cara Menjadi UX Designer
Tipe-Tipe Black Box Testing
Melansir laman Imperva, pengujian black box memiliki tiga tipe yang bisa kamu terapkan, yaitu functional, non-functional, dan regression testing. Agar lebih paham, berikut ini penjelasannya:
Functional Testing
Functional testing merupakan tipe pengujian yang menitikberatkan fungsionalitas fitur aplikasi secara spesifik. Contoh sederhana pengujian ini yaitu mengecek fungsi kelancaran login menggunakan username dan password pengguna. Selain itu, pengujian juga berguna untuk menjaga keamanan program.
Secara garis besar, functional testing lebih fokus pada aspek-aspek terpenting suatu perangkat lunak beserta integrasinya dengan komponen utama. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pengujian bisa dilakukan lebih luas mencakup keseluruhan sistem.
Baca Juga: A/B Testing: Metode Akurat Meningkatkan Traffic dan Konversi Website
Non-functional Testing
Pengujian tipe ini berfokus pada fungsi atau fitur tambahan perangkat lunak yang sifatnya non fungsional. Tujuan non-functional testing yaitu menguji kemampuan software atau aplikasi dalam menjalankan task atau perintah tertentu. Penguji dapat melihat apakah software tersebut dapat berjalan dan dioperasikan dengan benar atau tidak. Pengujian ini mencakup jenis perangkat, resolusi layar, sistem operasi, dan lain sebagainya.
Regression Testing
Pada pengujian ini, pengecekan dilakukan pada kedua aspek yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni functional dan non-functional. Regression testing bertujuan untuk meninjau kemungkinan terjadinya kemunduran saat software di-upgrade ke versi terbaru.
Dari sisi functional, contoh pengujian paling sederhana adalah mengecek fungsi fitur yang bekerja kurang baik di versi software terbaru. Sedangkan, contoh pengujian aspek non-functional yaitu pengecekan performa aplikasi atau software secara keseluruhan setelah upgrade versi.
Kelebihan Black Box Testing
Dalam black box testing, kamu tidak memerlukan sumber daya atau tim berlatar belakang teknis. Yang terpenting adalah penguji mampu memahami dan melihat dari perspektif pengguna. Selain itu, black box testing memungkinkan penguji menganalisis kekurangan dari tahap awal pengujian secara cepat.
Ketika black box testing dilakukan dalam pengujian software, terdapat sejumlah kelebihan yang bisa diperoleh. Berikut ini adalah kelebihannya:
- Tidak memerlukan pengetahuan teknis seperti bahasa pemrograman.
- Penguji dan developer dapat bekerjasama tanpa mengganggu tugas utama di bidang pekerjaan masing-masing.
- Penguji tidak perlu mengecek structured code.
- Proses testing dilakukan berdasarkan perspektif pengguna, hal ini membantu menemukan inkonsistensi dalam software atau aplikasi yang dibuat.
Baca Juga: Apa Itu Firebase? Pengertian, Fitur dan Fungsinya untuk Aplikasi
Kekurangan Black Box Testing
Selain kelebihan, black box testing juga memiliki beberapa kekurangan yang harus kamu ketahui. Berikut ini adalah kekurangannya:
- Karena penguji bukan orang berlatar belakang teknis, kesalahan tak terdeteksi bisa saja terjadi karena kurangnya ketelitian.
- Jika terjadi kesalahan, pengujian harus diulang kembali oleh sumber daya ahli seperti programmer.
- Terdapat sebagian back-end yang tidak diuji sedikitpun.
Baca Juga: Apa itu Debugging? Penjelasan, Manfaat, & Cara Kerjanya
Simpulan
Dari ulasan di atas bisa dipahami bahwa black box testing adalah proses yang bertujuan untuk menemukan kendala atau bug pada suatu aplikasi sebelum diluncurkan secara resmi. Dalam penerapannya, pengujian memiliki tiga tipe berbeda, yakni functional testing, non-functional testing, dan regression testing.
Black box testing memiliki kelebihan, misalnya tidak memerlukan sumber daya dengan pengetahuan teknis. Selain itu, penguji tidak perlu mengecek kode secara keseluruhan. Namun, pengujian juga memiliki kekurangan seperti risiko terjadinya kesalahan pada bagian kode.
Sampai di sini, kamu tentu sudah sedikit mengerti apa itu black box testing, mulai dari pengertian, tipe, kelebihan, hingga kekurangannya. Black box testing adalah metode pengujian software yang fungsionalitasnya diuji tanpa pengetahuan tentang detail implementasi, structured code, maupun internal path. Semoga bermanfaat dan salam sukses online, ya!