CI/CD adalah istilah yang sering digunakan dalam mengembangkan suatu aplikasi. Seperti yang diketahui, dalam pembuatan web apps, developer biasanya cukup kesulitan menjalankan testing, penyatuan kode, hingga deployment secara manual. Apalagi jika tiba-tiba terdapat bug, tentu sangat merepotkan terlebih tanggal rilis aplikasi sudah ditentukan sejak awal.
Kehadiran CI/CD berguna untuk meringankan beban kerja developer dengan cara mengotomatisasi proses pengembangan. Penggunaannya cenderung lebih efisien karena tidak terlalu memakan banyak waktu.
Lantas, apa itu CI/CD dan tools apa saja yang digunakannya? Melalui artikel ini, Dewaweb akan jelaskan semua informasinya secara ringkas dan jelas. Simak terus pembahasannya sampai akhir, ya!
Baca Juga: 15 Text Editor Terbaik untuk Coding dan Pemrograman
Apa itu CI/CD?
CI/CD adalah rangkaian metode pengembangan aplikasi atau software secara otomatis untuk menerapkan sejumlah perubahan. Otomatisasi yang dimaksud berlangsung dari proses awal coding, testing, dan deployment. Dalam hal ini, semua pihak yang terlibat dalam pengembangan berkolaborasi hingga software benar-benar siap dirilis.
Dengan sistem berkelanjutan, memungkinkan pengembang untuk lebih sering melakukan pengujian dan menerapkan beberapa perubahan. Alih-alih membuat kode baru, developer bisa memanfaatkan kode dari versi perangkat lunak yang telah dikembangkan.
Misalnya ketika suatu aplikasi akan di-upgrade atau rilis versi terbarunya. Semua perubahan atau penambahan kode akan diintegrasikan kemudian diuji fungsionalitasnya. Jika lolos, proses deployment tersebut menghasilkan output berupa aplikasi versi terkini.
Baca Juga: Panduan Cara Membuat Blog Sendiri dari Nol Sampai Jadi! [Update 2022]
Manfaat dari CI/CD
CI/CD adalah metode yang digunakan untuk pengembangan aplikasi atau software. Selain itu, ada juga beberapa manfaat penerapan CI/CD dalam web apps development, di antaranya yaitu sebagai berikut:
1. Deteksi bug lebih awal
Manfaat pertama CI/CD adalah mampu mendeteksi bug atau error lebih awal. Pasalnya, keseluruhan kode yang di-submit akan diperiksa dan diuji terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memastikan bug atau error yang berpotensi mempengaruhi aplikasi sudah hilang. Jika menemukan error, pengembang dapat mengetahui lokasinya secara spesifik, sehingga lebih cepat diperbaiki.
2. Meningkatkan produktivitas tim
Implementasi CI/CD bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas tim, dalam hal ini adalah DevOps. Pasalnya, setiap tim saling berkolaborasi serta tidak akan mengerjakan satu tugas yang sama. Selain itu, proses testing pun dilakukan secara otomatis dimana pengujian berlangsung lebih efisien dibandingkan cara manual.
3. Mempercepat proses rilis software
Manfaat terakhir CI/CD adalah mempercepat proses rilis perangkat lunak. Alasannya, yakni karena setiap error atau bug dapat dideteksi sejak dini. Selain itu, kode yang digabungkan dan diterapkan secara terus menerus memungkinkan aplikasi selalu siap dirilis kapanpun.
Baca Juga: Cara Update WordPress dengan Mudah agar Website Lebih Aman
Proses CI/CD
Dalam software development, implementasi CI/CD dapat dilakukan melalui tiga tahapan, yakni Continuous Integration, Continuous Delivery, dan Continuous Deployment. Untuk memudahkan pemahamanmu, simak penjelasan berikut ini:
1. Continuous Integration (CI)
Continuous Integration atau CI adalah proses awal pengembangan perangkat lunak. Di tahap ini, pengembang akan mengkombinasikan sejumlah rangkaian kode serta mengintegrasikannya ke sebuah repository yang bisa diakses oleh rekan kerjanya yang lain.
Mereka dapat memasukkan hasil coding sekaligus mengujinya secara otomatis. Meski begitu, pembuatan kode mungkin saja bentrok dan mengakibatkan error ketika di-merger. Pengembang perlu memperbaiki bagian error tersebut hingga benar-benar selesai.
2. Continuous Delivery (CD)
Pada tahap ini, Continuous Delivery berperan sebagai jembatan yang menghubungkan Continuous Integration dan Continuous Deployment. Caranya yakni dengan menyediakan segala yang diperlukan oleh keduanya.
Jika proses penggabungan dan pengujian kode di tahap sebelumnya sudah rampung, CD akan membawa aplikasi ke sebuah delivery environment. Di sini, CD mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan seperti database, infrastruktur, dan file penting lainnya. Dengan tujuan agar proses deploy bisa dilakukan lebih cepat.
3. Continuous Deployment (CD)
Continuous Deployment memiliki singkatan yang mirip dengan Continuous Delivery, yakni CD. Tahap ini merupakan proses akhir dari seluruh rangkaian CI/CD sebelum software dirilis dan mulai digunakan user.
Continuous Deployment memiliki delivery environment yang digunakan untuk pengujian lanjutan. Serangkaian testing kembali dilakukan guna mengecek kompatibilitasnya dengan server. Jika berjalan lancar, maka aplikasi bisa segera di-deploy di server hingga akhirnya versi terbaru dirilis.
Baca Juga: Cara Encode dan Decode String dengan Base64 di Javascript
Tools untuk CI/CD
Ada banyak tools CI/CD di pasaran yang dapat kamu pilih sesuai selera. Sebagai bahan referensi, di bawah ini adalah beberapa rekomendasi tools yang Dewaweb rangkum untukmu.
1. GitLab CI/CD
GitLab CI/CD adalah tools yang digunakan developer untuk mempercepat siklus perilisan sekaligus mempermudah kolaborasi tim, mulai dari pengembangan awal hingga tahap akhir. Tools ini hanya kompatibel dengan server Linux beserta turunannya seperti CentOS, Debian, Ubuntu, dan sebagainya. Meski begitu, GitLab CI/CD menawarkan berbagai fitur unggulan, di antaranya termasuk docker container dan virtual machine.
2. Jenkins
Jenkins adalah tools CI/CD populer yang banyak digunakan developer untuk mengembangkan aplikasi secara otomatis, mulai dari proses merging hingga deployment. Tools ini menggunakan bahasa pemrograman Java serta kompatibel dengan berbagai OS server seperti Windows, Mac OS, dan Linux. Menariknya, Jenkins adalah tools open-source dimana semua fiturnya bisa kamu nikmati secara gratis.
3. Azure DevOps
Rekomendasi lainnya dari tools CI/CD adalah Azure DevOps. Tools besutan Microsoft ini bisa kamu andalkan untuk mengatur, menguji, dan melakukan deploy. Selain itu, Azure DevOps dibuat untuk memudahkan seluruh proses pengembangan aplikasi serta dapat dijalankan di berbagai OS, termasuk Windows, Mac OS, dan linux.
4. CircleCI
CircleCI menawarkan otomatisasi CI/CD dari awal pengembangan sampai aplikasi benar-benar dirilis. Tools ini support berbagai jenis repository salah satu di antaranya adalah Github Enterprise. Sayangnya, CircleCI hanya kompatibel dengan sistem operasi Linux dan Mac OS saja.
Baca Juga: Rekomendasi 15+ Code Editor Gratis untuk Web Developer
Sudah Paham Apa itu CI/CD?
Sejauh ini kamu tentu sudah paham apa itu CI/CD, mulai dari pengertian, manfaat, hingga rekomendasi tools-nya. CI/CD adalah rangkaian metode pengembangan perangkat lunak otomatis untuk menerapkan sejumlah perubahan. Otomatisasi berlangsung sejak tahap awal coding, testing, hingga deployment. Selain itu, CI/CD memungkinkan kolaborasi dengan tim lain sehingga pengembang tidak perlu repot membuat kode dari awal.
Itulah informasi yang dapat Dewaweb sampaikan seputar CI/CD. Semoga tulisan ini menambah pengetahuanmu. Salam sukses online, ya!