13+ Jenis-Jenis Cyber Crime Paling Berbahaya & Perlu Diwaspadai

13+ Jenis-Jenis Cyber Crime Paling Berbahaya & Perlu Diwaspadai

Cyber crime adalah salah satu ancaman serius bagi pengguna internet di seluruh dunia, salah satunya seperti Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir ini sering terjadi. Salah satu jenis kejahatan cyber yang semakin marak terjadi adalah phishing, di mana pelaku mencoba mendapatkan informasi sensitif seperti kata sandi atau data kartu kredit dengan menyamar melalui email atau situs web palsu. 

Menurut data yang dirilis oleh situs AAG-IT menunjukkan bahwa ancaman phishing terus meningkat secara signifikan. Pada tahun 2021, dilaporkan terdapat 323.972 pengguna internet yang menjadi korban serangan phishing. Data ini menunjukkan bahwa pentingnya mengetahui apa saja jenis cyber crime agar kamu dapat menghindarinya.

Oleh karena itu, artikel Dewaweb kali ini akan membantu kamu mengenali jenis-jenis cyber crime secara lengkap.

Baca Juga: Apa itu Email Phishing? Kenali Jenis dan Cara Menghindarinya

Apa itu Cyber Crime?

Cyber crime adalah tindak kriminal yang memanfaatkan teknologi dan internet untuk melakukan aksi ilegal dan merugikan. Hal ini mencakup berbagai aktivitas seperti penipuan online, pencurian data, peretasan sistem, dan penyebaran malware. Dampak dari kejahatan cyber bisa sangat serius, mulai dari kerugian finansial, pencurian identitas, hingga gangguan pada infrastruktur penting. 

Bagi individu, korban bisa mengalami kerugian materi dan emosional, sementara bagi perusahaan atau organisasi, serangan cyber dapat mengakibatkan hilangnya data penting, kerusakan reputasi, dan kerugian bisnis yang signifikan.

Tren kejahatan cyber terus menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut laporan tahunan NSCS, pada tahun 2023 terjadi 2.005 insiden kejahatan cyber, angka ini meningkat 64% dari tahun sebelumnya. 

Dari jumlah tersebut, 62 insiden dikategorikan sebagai insiden yang signifikan secara nasional, dan empat di antaranya termasuk dalam insiden paling parah yang pernah ditangani NSCS. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pelaku kejahatan cyber terus mengembangkan metode serangan mereka, dengan memanfaatkan kelemahan dalam keamanan sistem  dan kurangnya kesadaran pengguna terkait ancaman online.

Baca Juga: Apa itu Cyber Security? Pengertian, Elemen, dan Manfaatnya

Jenis-Jenis Cyber Crime

Kejahatan siber terus berkembang dengan berbagai metode yang semakin canggih. Berikut adalah beberapa jenis kejahatan cyber yang paling umum dan berbahaya.

1. Phishing

Phishing merupakan metode penipuan di mana pelaku berpura-pura menjadi pihak yang dapat dipercaya untuk memperoleh informasi sensitif dari korban. Pelaku biasanya mengirimkan email atau pesan yang tampak resmi, meminta korban untuk mengklik tautan atau mengisi formulir yang sebenarnya palsu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data pribadi seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau informasi rekening bank.

Statistik terbaru menunjukkan bahwa phishing masih menjadi ancaman serius. Pada kuartal kedua tahun 2023, lebih dari 23% serangan phishing di seluruh dunia menargetkan institusi keuangan. Platform media sosial menjadi sasaran sekitar 22,3% upaya phishing, sementara layanan perangkat lunak berbasis web dan webmail juga menjadi target 22,3% serangan. Angka ini menunjukkan bahwa phishing menjadi metode yang populer di kalangan pelaku kejahatan siber.

2. Spoofing

Spoofing adalah tindakan menyamar atau memalsukan identitas untuk menipu korban. Teknik ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk komunikasi, termasuk email, panggilan telepon, situs web, atau bahkan lebih teknis seperti memalsukan alamat IP, Address Resolution Protocol (ARP), atau server DNS.

Tujuan utama spoofing adalah untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi target, menyebarkan malware melalui tautan atau lampiran yang terinfeksi, atau memotong kontrol akses jaringan. Serangan spoofing yang berhasil dapat mengakibatkan sistem dan jaringan komputer terinfeksi, pelanggaran data, hingga kerugian finansial bagi organisasi yang menjadi korban.

Baca Juga: Mengenal Pengertian Spoofing & Jenisnya yang Perlu Diwaspadai

3. Cracking

Cracking adalah tindakan meretas sistem keamanan komputer atau perangkat lunak untuk tujuan kriminal. Berbeda dengan hacking yang bisa memiliki tujuan positif, cracking selalu bertujuan negatif. Pelaku cracking, yang disebut “cracker”, berusaha menembus sistem keamanan untuk mencuri data, merusak sistem, atau melakukan tindakan ilegal lainnya.

Metode cracking seringkali kurang canggih dibandingkan teknik hacking pada umumnya. Beberapa cracker bahkan hanya menggunakan alat yang dibuat oleh orang lain, dan mereka dikenal sebagai “script kiddie”. Meskipun demikian, dampak dari cracking bisa sangat serius, termasuk pencurian data sensitif, kerusakan sistem, dan kerugian finansial.

Baca Juga: Cracking: Pengertian, Dampak dan Cara Menghindarinya

4. Ransomware

Ransomware adalah bentuk malware yang membatasi akses korban ke data atau perangkat mereka, dan mengancam untuk tetap mengunci atau menghapusnya jika tebusan tidak dibayarkan. Serangan ransomware telah berkembang menjadi lebih kompleks dalam beberapa tahun terakhir, dengan taktik pemerasan ganda dan triple yang meningkatkan risikonya.

Di Indonesia, ancaman ransomware semakin nyata dengan adanya serangan terhadap instansi pemerintah baru-baru ini. Kasus ini menunjukkan bahwa bahkan organisasi besar dengan sistem keamanan yang canggih pun bisa menjadi korban. Dampak dari serangan ransomware tidak hanya berupa kerugian finansial, tetapi juga dapat mengakibatkan gangguan operasional yang serius dan kerusakan reputasi organisasi.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Ransomware, Jenis-Jenis, dan Cara Mencegahnya

5. DDoS

DDoS (Distributed Denial-of-Service) adalah serangan cyber di mana pelaku membanjiri server target dengan lalu lintas yang berlebihan, sehingga mengganggu atau bahkan melumpuhkan layanan online yang terhubung. Serangan ini bertujuan untuk membuat situs web atau layanan online tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah.

Motivasi di balik serangan DDoS sangat beragam, mulai dari aktivisme digital (hacktivism) hingga persaingan bisnis dan pemerasan. Dampak dari serangan DDoS dapat sangat serius, termasuk penurunan lalu lintas yang sah, kerugian bisnis, dan kerusakan reputasi. 

Baca Juga: DDoS Attack: Pengertian, Jenis, dan Cara Mencegahnya

6. Injeksi SQL

Injeksi SQL adalah kerentanan keamanan web di mana penyerang dapat memanipulasi query yang dibuat aplikasi ke database. Teknik ini memungkinkan penyerang untuk mengakses, memodifikasi, atau menghapus data yang seharusnya tidak dapat mereka akses, termasuk informasi sensitif milik pengguna lain atau data penting aplikasi.

Dalam kasus yang lebih parah, penyerang dapat memanfaatkan injeksi SQL untuk mengkompromikan server atau infrastruktur backend lainnya. Serangan ini juga dapat digunakan untuk melakukan serangan denial-of-service. Keberhasilan injeksi SQL dapat mengakibatkan pelanggaran data serius, manipulasi konten aplikasi, atau bahkan pengambilalihan seluruh sistem.

Baca Juga: Apa itu SQL Injection dan Bagaimana Cara Mencegahnya

7. Carding

Carding adalah bentuk penipuan di mana informasi kartu kredit atau debit yang dicuri digunakan untuk melakukan pembelian atau transaksi ilegal. Pelaku carding, yang dikenal sebagai “carder”, menggunakan informasi kartu curian untuk membeli kartu prabayar, kartu hadiah, atau mendukung skema penipuan lainnya.

Teknik ini sering melibatkan pembelian kartu hadiah bermerek yang kemudian dijual atau digunakan untuk membeli barang yang dapat dijual kembali dengan uang tunai. Informasi kartu curian juga dapat dijual ke pihak lain di pasar gelap. 

Baca Juga: Apa itu Carding? Penjelasan Lengkap dan Cara Kerjanya

8. Peretasan Situs dan Email

Peretasan situs dan email melibatkan akses tidak sah ke sistem website atau akun email korban. Pada kasus peretasan situs, penyerang sering mengubah tampilan website, menambahkan konten berbahaya, atau mencuri data sensitif. Tanda-tanda peretasan situs bisa berupa perubahan tata letak yang tiba-tiba, munculnya iklan mencurigakan, atau hilangnya data penting.

Untuk email, peretasan dapat mengakibatkan pencurian informasi pribadi, penyebaran spam, atau penggunaan akun untuk penipuan lebih lanjut. Langkah-langkah pencegahan termasuk melakukan backup rutin, menggunakan SSL, memilih layanan hosting yang aman, dan menerapkan praktik keamanan yang kuat seperti penggunaan kata sandi yang kompleks dan autentikasi dua faktor.

9. Penipuan OTP

Penipuan OTP (One Time-Password) adalah taktik kejahatan cyber yang memanfaatkan kode verifikasi sementara yang biasanya digunakan untuk mengamankan transaksi online atau akses ke akun. Pelaku penipuan mencoba mendapatkan kode OTP korban melalui berbagai metode manipulasi, seperti phishing atau social engineering.

Dampak dari penipuan OTP termasuk akses tidak sah ke akun korban dan transaksi keuangan ilegal. Untuk melindungi dari jenis penipuan ini, penting untuk tidak pernah membagikan kode OTP kepada siapapun, bahkan jika mereka mengaku sebagai pihak resmi, kemudian mengaktifkan 2FA.

Baca Juga: Apa itu Kode OTP dan Apa Perbedaanya dengan PIN?

10. Data Forgery

Data forgery adalah tindakan memanipulasi atau memalsukan data dengan tujuan untuk menipu atau mengelabui pihak lain. Dalam konteks keuangan, ini sering dilakukan oleh calon nasabah yang memalsukan informasi pribadi untuk mengajukan pinjaman atau melakukan penipuan lainnya. Tindakan ini bisa melibatkan pemalsuan dokumen, tanda tangan, atau informasi identitas.

Praktik data forgery sudah ada sejak lama, namun di era digital seperti sekarang ini, teknologi membuat pemalsuan menjadi lebih canggih dan sulit dideteksi. Maka dari itu lembaga keuangan dan organisasi lainnya harus terus meningkatkan kemampuan mereka dalam mendeteksi pemalsuan data untuk melindungi diri dari kerugian dan menjaga integritas sistem mereka.

11. Cyber Espionage

Cyber espionage adalah bentuk spionase yang dilakukan melalui dunia maya untuk mendapatkan informasi rahasia dari pemerintah, perusahaan, atau entitas lain. Pelaku cyber espionage biasanya adalah hacker yang ahli, sering kali direkrut khusus oleh negara atau organisasi, yang menggunakan perang cyber untuk keuntungan ekonomi, politik, atau militer.

Metode yang sering digunakan dalam cyber espionage adalah Advanced Persistent Threats (APTs), di mana penyerang masuk ke sistem target secara diam-diam dan tetap tidak terdeteksi untuk jangka waktu yang lama. Dampak dari cyber espionage termasuk pengaruh pada hasil pemilihan politik, gangguan pada acara internasional, dan manipulasi keberhasilan atau kegagalan perusahaan.

Baca Juga: Cyber Espionage: Pengertian, Contoh Kasus, & Cara Mencegah

12. Pemalsuan Identitas

Pemalsuan identitas adalah tindakan kriminal di mana seseorang menggunakan identitas palsu atau curian untuk tujuan ilegal. Hal ini bisa melibatkan pembuatan dokumen identitas palsu, penggunaan informasi pribadi orang lain, atau penciptaan identitas yang sepenuhnya fiktif.

Kasus pemalsuan identitas sering kali terkait dengan kejahatan siber lainnya, seperti penipuan online dan pencucian uang. 

13. Cyber Terrorism

Cyber terrorism adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan serangan atau ancaman yang bertujuan menimbulkan ketakutan, kekacauan, atau kerusakan infrastruktur. Pelaku cyber terrorism biasanya memiliki motif politik atau ideologis dan bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah atau masyarakat.

Serangan cyber terrorism dapat berbagai bentuk, termasuk perusakan situs web, serangan terhadap sistem kontrol infrastruktur (seperti pembangkit listrik atau sistem transportasi), atau penyebaran propaganda ekstrem melalui media sosial. Dampaknya penyerangan ini mulai dari gangguan layanan publik hingga ancaman terhadap keamanan nasional.

14. Sniffing

Jenis cyber crime terakhir yaitu sniffing, yakni proses menangkap dan memantau lalu lintas jaringan untuk menganalisis paket data yang berpindah antar perangkat. Meskipun teknik ini sering digunakan oleh administrator jaringan untuk pemecahan masalah dan pemantauan kinerja, sniffing juga dapat disalahgunakan oleh penyerang untuk mengumpulkan data sensitif yang berjalan melalui jaringan.

Dalam konteks kejahatan cyber, sniffing dapat digunakan untuk mencuri informasi pribadi, kata sandi, atau data keuangan yang dikirimkan melalui jaringan yang tidak aman. Untuk melindungi diri dari sniffing, penting untuk menggunakan koneksi yang dienkripsi (seperti HTTPS) dan menghindari penggunaan jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman untuk transaksi sensitif.

Baca Juga: Sniffing: Pengertian, Jenis-Jenis, hingga Cara Mendeteksinya

Yuk, Waspada Akan Cyber Crime!

Cyber crime adalah tindak kriminal yang memanfaatkan teknologi dan internet untuk melakukan aksi ilegal dan merugikan, terdapat berbagai jenis cyber crime mulai dari phishing, spoofing, cracking, ransomware, dan masih banyak lagi. Setiap jenis kejahatan ini memiliki cara kerja dan dampak yang berbeda, maka dari itu penting bagi pengguna internet untuk memahami risiko ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Untuk melindungi dari berbagai jenis cyber crime ini, salah satu langkah penting adalah menggunakan koneksi yang aman. Dewaweb menawarkan solusi SSL (Secure Sockets Layer). Dengan menggunakan SSL dari Dewaweb, data yang dikirimkan antara pengguna dan situs web akan dienkripsi, sehingga sulit diakses oleh pihak yang tidak berwenang. Yuk, gunakan SSL Dewaweb untuk mengamankan situsmu sekarang!