Pengertian Microservices untuk Pembuatan Aplikasi

Pengertian Microservices untuk Pembuatan Aplikasi

Microservices adalah teknologi pengembangan aplikasi di mana pembuatan aplikasi akan dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang dapat dikembangkan secara terpisah tanpa mempengaruhi bagian lain. 

Bisa diibaratkan ketika microservices diterapkan pada pembuatan rumah, rumah itu terdiri dari bangunan kecil yang memiliki fungsi sendiri misalnya seperti kamar tidur, dapur, kamar mandi. Begitu juga pada aplikasi, apabila kamu ingin mengubah sesuatu di aplikasi tersebut, kamu dapat fokus pada satu bagian tanpa akan mempengaruhi yang lain.

Teknologi ini telah banyak digunakan, terbukti menurut laporan Statista, telah dilakukan survei sejak Desember 2020 hingga Januari 2021, terdapat 950 responden survei dari berbagai organisasi besar menunjukkan bahwa 85% dari mereka telah mengadopsi penggunaan microservices dalam pengembangan aplikasinya.

Data tersebut menunjukkan bahwa microservices menjadi salah satu pendekatan yang efektif untuk membangun aplikasi. Lantas apa sebenarnya pengertian microservices, simak terus penjelasannya di artikel ini!

Apa itu Microservices?

Microservices adalah pendekatan pengembangan software di mana aplikasi dibangun sebagai unit-unit layanan kecil yang bekerja masing-masing.  Unit layanan atau fitur memiliki fungsi tersendiri namun tetap saling terhubung dengan unit lainnya. 

Desain pengembangan seperti ini bertujuan untuk memecah monolith atau sistem terpusat, sehingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dengan demikian akan memudahkan para developer karena dapat mengerjakan setiap bagian secara independen.

Untuk memudahkan kamu memahami istilah microservices, kamu bisa melihat contoh nyata pada aplikasi yang sering digunakan salah satunya seperti Shopee. Pada aplikasi Shopee terdapat banyak unit service yang lebih spesifik seperti Shopee Food, Shopee Pay, dan Shopee Games.

Unit service itulah yang menggunakan teknologi microservices dalam pengembangannya. Meski memiliki nama dan fungsi yang berbeda, namun semua unit tersebut masih saling terhubung.

Seperti yang disebutkan di atas, adopsi teknologi microservices telah dilakukan pada 85% perusahaan besar, hal ini tentu bukan tanpa alasan. Menurut riset, 63% perusahaan menyatakan terjadinya peningkatan efisiensi karyawan, meningkatnya customer experience, serta menghemat biaya pengembangan.

Efisiensi tersebut disebabkan karena para developer memiliki kewenangan tersendiri pada unit layanan mereka, sehingga bisa langsung mengeksekusi rencana pengembangan unit aplikasinya secara cepat.

Di samping itu, karena tidak harus dikembangkan penuh secara langsung melainkan, sebagian layanannya dulu, perusahaan dapat menekan biaya produksi, dan rilis aplikasi juga lebih cepat.

Baca Juga: 20 Proxy Web Gratis dengan Fitur Keren yang Bisa Digunakan

Beda Microservices & Monolith

Sebelum mengetahui istilah microservices, mungkin kamu lebih dulu mendengar istilah monolith, keduanya merupakan sama-sama pilihan architecture yang digunakan dalam pengembangan aplikasi.

Namun, kedua pendekatan tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Tapi sebelum itu kamu perlu tahu pengertian monolith.

Monolith merupakan pendekatan yang lebih tradisional dalam pengembangan aplikasi, di mana seluruh aplikasi dibangun sebagai satu kesatuan tunggal atau unit besar. Semua komponen seperti layer antarmuka pengguna, logika bisnis, dan pengelolaan database, terintegrasi menjadi satu kesatuan. 

Pendekatan ini memang terlihat lebih sederhana dan mudah dipahami karena semuanya berada dalam satu tempat.

Namun ternyata, kelemahan struktur ini yakni menciptakan banyak titik kegagalan yang dapat menyebabkan downtime pada perangkat keras atau bug code. Menurut situs Bakri UMA, apabila terjadi kerusakan pada salah satu layer, maka diperlukan pembelian aplikasi monolithic yang berjalan di satu server dan mensegmentasi sebagian pengguna ke sistem baru. 

Secara umum, perbedaan mendasar microservices dan monolith yaitu terletak pada kemampuan memperbaiki kesalahan di sebuah unit. Microservices akan membagi menjadi unit-unit kecil sehingga ketika ada kerusakan, kamu bisa berfokus pada unit itu saja.

Sedangkan monolith membangun aplikasinya sebagai satu kesatuan yang besar, sehingga apabila terjadi error, semua sistem akan terkena dampaknya.

Karakteristik Microservices

Setelah mengerti perbedaannya dan monolith, berikut ini beberapa karakteristik pendekatan microservices yang perlu kamu tahu.

1. Memiliki banyak komponen

Dalam pengembangannya, microservices melibatkan sejumlah komponen dalam suatu sistem. Misalnya seperti server, database, produk, dan sebagainya. 

Untuk menghubungkan setiap unitnya, aplikasi yang menggunakan microservices memanfaatkan REST API. Dengan demikian memungkinkan pengembang aplikasi untuk melakukan inovasi dan evaluasi terhadap setiap komponen secara terpisah tanpa perlu mengubah aplikasi utama secara keseluruhan.

2. Proses routing yang dilakukan sederhana

Routing mengacu pada proses mengarahkan permintaan dari satu layanan ke layanan lainnya dalam arsitektur microservices. Proses ini perlu sederhana untuk memastikan alur kerja yang efisien dan tetap lancar.

Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan berencana untuk mengembangkan fitur baru dalam aplikasi, pengguna masih dapat mengakses aplikasi tersebut tanpa mengalami gangguan atau hambatan karena routing yang sederhana ini.

3. Mudah beradaptasi, fleksibel, dan selalu berkembang

Microservices dirancang untuk mudah beradaptasi dengan perubahan bisnis dan teknologi. Fleksibilitasnya memungkinkan pengembang menyesuaikan dan mengubah komponen-komponen secara independen tanpa mempengaruhi seluruh sistem.

Misalnya sebuah tim dapat mengembangkan dan memperbarui layanan tanpa harus menunggu keseluruhan aplikasi di-deploy. Kemudian, komponen-komponen dapat di-scale up secara independen sesuai dengan kebutuhan.

4. Digunakan untuk kebutuhan bisnis

Microservices merupakan solusi yang ideal untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berubah dan berkembang. Fleksibilitas dalam mengelola setiap unit service memungkinkan bisnis berjalan secara optimal.

Misalnya terdapat 2 unit service yang memiliki fokus bisnis yang berbeda. Dengan microservices, keduanya dapat dikembangkan secara terpisah dan bersamaan sehingga lebih fokus dan cepat mencapai tujuan bisnis.

Contoh pemanfaatan microservices di berbagai bisnis misalnya.

  • E-commerce: manajemen inventaris, pembayaran, dan manajemen pelanggan.
  • Keuangan: pengelolaan transaksi dan manajemen keuangan pribadi.
  • Kesehatan: manajemen data pasien, sistem pembayaran, dan manajemen layanan kesehatan.

5. Desentralisasi

Karakteristik terakhir yaitu desentralisasi, artinya setiap komponen dapat beroperasi secara independen. Karakteristik ini memudahkan developer untuk bekerja secara mandiri dan berkolaborasi satu sama lain. 

Itulah mengapa banyak perusahaan dan pengembang mempertimbangkan penggunaan fitur microservices dalam aplikasi mereka.

Baca Juga: 10 Aplikasi Web Server Terbaik Untuk Deployment Website

Kelebihan Microservices

Berikut ini beberapa kelebihan microservices yang mampu meyakinkan kamu dalam memilih architecture aplikasi ini.

  • Bebas memilih teknologi: microservices memungkinkan developer untuk memilih teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap layanan. Beberapa yang sering digunakan seperti Docker, Kubernetes, Laravel. Dengan begitu, mereka dapat menghadirkan fitur-fitur baru dengan cepat tanpa terhambat oleh batasan teknologi tertentu.
  • Error isolation menjadi lebih mudah: dengan error isolation yang mudah, kesalahan pada satu layanan tidak secara otomatis mempengaruhi layanan lainnya. Kamu dapat mengidentifikasi dan menangani error secara cepat sehingga tidak akan mempengaruhi fitur lainnya.
  • Maintenance lebih mudah: struktur terpisah dari microservices membuat maintenance lebih mudah dilakukan. Kamu dapat fokus pada pemeliharaan dan pembaruan pada layanan tertentu. Sehingga mengurangi potensi downtime, meningkatkan keamanan, dan memberikan pembaruan fitur secara lebih konsisten.

Kekurangan Microservices

Meski menawarkan sejumlah kelebihan yang unggul, namun microservices masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya sebagai berikut.

  • Biaya pengembangan yang mahal: pengembangan aplikasi berbasis microservices memang memerlukan biaya yang cukup mahal. Sebab memiliki banyak komponen dan setiap database memerlukan server tersendiri. Kemudian dibutuhkan keahlian khusus dalam pengelolaan arsitektur yang terdistribusi.
  • Rumitnya koordinasi antar layanan: sinkronisasi antar layanan memerlukan perhatian khusus untuk menghindari kesalahan yang dapat mempengaruhi keseluruhan aplikasi. Penyebab utama rumitnya koordinasi adalah layanan yang saling berjalan sendiri, sehingga ketika melakukan testing, developer harus berupaya semaksimal mungkin agar masalah seperti latensi jaringan atau kesalahan lain tidak terjadi.
  • Membutuhkan automation yang tinggi: developer dihadapkan pada sistem yang kompleks dengan berbagai bahasa pemrograman dan modul yang beragam. Ketika ada perubahan pada database, semua entitas pada layanan juga harus segera diperbarui. Oleh karena itu, automation tingkat tinggi sangat diperlukan dalam untuk mengatasi kendala atau masalah semacam ini.

Baca Juga: Panduan Cara Upload Laravel ke Hosting Melalui cPanel

Sudah Tahu Apa itu Microservices?

Sekarang kamu sudah lebih paham kan apa itu microservices? Microservices adalah pendekatan arsitektur dalam pengembangan aplikasi yang memecah aplikasi menjadi unit-unit kecil independen yang beroperasi secara terpisah dan saling berkomunikasi melalui antarmuka API. 

Setiap unit berfokus pada tugas tertentu, sehingga memungkinkan developer melakukan, pemeliharaan dan skalabilitas yang lebih efisien. Kamu juga dapat menemukan informasi lain seputar pengembangan aplikasi, website, dan berbagai topik lain di blog Dewaweb.

Ikuti terus update-nya agar tak ketinggalan informasi menarik lainnya ya!