Kamu sering kebingungan ketika ingin migrasi dari satu cloud service provider ke yang lain?
Beberapa Platform-as-a-Service (PaaS) mengharuskan para developer untuk menggunakan metode Twelve-Factor App ketika membangun aplikasi berbasis web.
Biasanya, kamu harus membuat aplikasi sesuai dengan aturan dan ketentuan yang mereka miliki — atau menggunakan runtimes dan API milik mereka.
Hal ini merupakan salah satu langkah untuk mencegah pengguna agar tidak bermigrasi ke platform lain. Dengan menggunakan vendor lock-in, maka kamu harus melakukan banyak perubahan source code sebelum dapat memindahkan aplikasi ke platform lain.
Dengan begitu, kamu harus mengubah source code ketika ingin bermigrasi dari virtual machines ke containers, dekomposisi dari monoliths (legacy) ke layanan microservices, atau ketika ingin berpindah dari satu penyedia cloud platform ke yang lain.
Hal itu akan menghalangi proses migrasi ke platform lain, sehingga kamu akan merasa terjebak dalam menggunakan platform tersebut.
Di Dewacloud, kamu dapat menyesuaikan proses deployment aplikasi sesuai dengan keinginanmu, tanpa perlu mengikuti standar tertentu.
Kamu dapat dengan mudah mendeploy aplikasi dengan archives (zip, tar.gz, war, jar, ear), FTPS/SFTP, dan GIT/SVN dengan fitur auto update dari dev panel. Kamu juga dapat menggunakan integrated plugins seperti Maven, Eclipse, NetBeans, dan IntelliJ IDEA.
Kamu juga tak perlu mengubah atau memodifikasi source code ke API untuk deploy aplikasi ke platform. Hal ini membuat entry point lebih mudah dan lebih cepat, mengurangi waktu go-to-market dan menghilangkan vendor lock-in.
Pendekatan zero code change (tanpa perubahan kode), ditambah dengan dukungan berbagai aplikasi dan containers, memberikan kamu kebebasan untuk menjalankan cloud-native microservices dan aplikasi monolithic berbasis Java, PHP, Ruby, Node.js, Python, dan Docker.
Proses deployment dan running aplikasi di dalam container juga tidak akan dibatasi. Hal ini akan memberikan kamu kebebasan untuk:
- Menjalankan beberapa services dalam satu container.
- Gunakan port apapun yang diperlukan.
- Melampirkan beberapa IP publik, seperti IPv4 atau IPv6 per container.
- Tulis untuk local dan remote file system.
- Mengakses container melalui SSH dengan kompatibilitas ke konfigurasi. management tools seperti Chef atau Puppet.
- Gunakan control panel untuk VPS dan shared hosting management (cPanel, Plesk, dan ISPManager).
- Melakukan migrasi secara langsung yang mirip dengan vMotion.
- Terapkan Docker Engine dengan cara yang sama seperti yang kamu lakukan dengan VM.
- Melakukan tindakan lain yang sebelumnya diterapkan dalam VPS.
Dewacloud juga menyimpan IP dan hostname yang sama untuk setiap container setelah downtime, baik yang direncanakan atau tidak. Jadi, kamu tak perlu mengatur kembali untuk menjalankan aplikasi dengan baik.
Pada umumnya, project deployment di Dewacloud akan memerlukan beberapa langkah berikut ini:
- Buat environment melalui comprehensive topology wizard dengan pre-configured software stacks (seperti: application servers, databases, load balancers, cache, dan build nodes).
- Ketika environment telah selesai dibuat, kamu dapat melakukan deploy ke aplikasi dengan salah satu opsi pendukung, yaitu :
- Siapkan archive (zip, bzip2, tar, tar.gz, tar.bz2, war, jar, dan ear) dengan prepacked application resources dengan cara mengupload file atau link ke penyimpanan file.
- Mengirimkan file instalasi melalui channel FTPS/SFTP.
- Mengambil dari repository GIT/SVN (selain itu, kamu dapat mengatur automatic update).
- Gunakan integrated plugins (Maven, Eclipse, NetBeans, Intellij IDEA).
Setelah proses inisiasi, terlepas dari jenis deployment yang dipilih, semua konfigurasi (seperti menyambungkan ke load balancer, pengaturan penggunaan memory, aktivasi SSL atau IP, dll.) akan ditangani oleh platform
Artinya, kamu tidak perlu memodifikasi source code aplikasi dan hanya perlu menyesuaikan beberapa konfigurasi khusus untuk lokasi baru (seperti IP address dan nama domain).
Jika bisa bebas mengatur deployment aplikasi sendiri, mengapa mengikuti batasan dan aturan yang tidak perlu?
Buat aplikasi sesuai kebutuhan bisnismu, bukan sesuai aturan cloud platform.