Break Even Point: Pengertian, Tujuan, & Cara Menghitung BEP

Break Even Point: Pengertian, Tujuan, & Cara Menghitung BEP

Dalam ilmu ekonomi, BEP adalah singkatan dari Break Even Point yang artinya titik seimbang (impas). Maksud dari titik impas adalah titik nol di mana tidak terjadi keuntungan maupun kerugian dalam sebuah bisnis.

Cara menghitung BEP ini sangat penting diketahui oleh para pebisnis dan perusahaan untuk mengetahui target pendapatan yang harus diraih agar dapat menutupi modal yang sudah dikeluarkan. Dengan menghitung BEP, pebisnis dan perusahaan bisa menghindari kerugian.

Selain digunakan di perusahaan, penghitungan BEP juga digunakan oleh para investor untuk mengetahui kapan sebaiknya membeli saham dan kapan harus menjual saham. Lalu, bagaimana cara menghitung BEP yang benar? Yuk simak artikel ini! Kamu juga akan mengetahui lebih dalam apa itu BEP, elemen, tujuan, hingga faktor yang meningkatkan BEP.

Pengertian Break Even Point

Break Even Point (BEP) adalah titik di mana sebuah perusahaan dalam kegiatan operasionalnya tidak mendapatkan keuntungan namun juga tidak mengalami kerugian (titik nol). Artinya, jumlah laba yang didapatkan hasilnya sama dengan total seluruh biaya perusahaan yang dikeluarkan atau sama-sama nol.

Menurut beberapa ahli seperti Garrison dan Noreen, BEP berarti jumlah penjualan yang harus dicapai untuk menutupi seluruh biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan. Nilai penjualan tersebut pun belum terkena pajak dan bunga.

Sedangkan menurut Henry Simamora, Bambang Riyanto, dan Rony mereka menyebutkan bahwa pengertian Break Even Point yaitu jumlah pendapatan dari volume penjualan yang hasil nominalnya sama dengan seluruh biaya yang digunakan ketika produksi, sehingga perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

Dilihat dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan jika BEP dapat terjadi jika perusahaan dalam produksinya menggunakan biaya tetap namun hasil penjualan hanya bisa untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Tapi sebaliknya, jika hasil penjualan hanya bisa menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap itu artinya perusahaan mengalami kerugian.

BEP berbeda halnya dengan balik modal, banyak orang salah mengartikan keduanya. Di dalam ilmu ekonomi, balik modal disebut Return of Investment (ROI). ROI adalah modal yang dikeluarkan saat menjalankan bisnis dan sudah memberikan profit dalam periode tertentu.

Baca Juga: Apa Itu ROI dan Bagaimana Cara Menghitungnya?

Tujuan BEP

Di bawah ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat perhitungan BEP adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui seluruh biaya produksi

Ketika hendak menghitung BEP, maka mau tidak mau kamu harus menghitung seluruh elemen biaya yang dikeluarkan ketika produksi. Dari sini otomatis akan terlihat berapa total seluruh biaya yang digunakan.

2. Sebagai dasar untuk perhitungan laba

Apabila kamu ingin mendapat harga jual yang menghasilkan untung maka kamu harus menghitung BEP ditambah margin profit. Margin profit adalah tolok ukur keuntungan pada setiap produk yang dijual.

3. Mengestimasi waktu balik modal

Apabila kamu ingin perusahaan balik modal dalam waktu tertentu, maka kamu bisa mengetahui hal tersebut dari perhitungan BEP. Jika kamu menghitung BEP maka estimasi penjualan produk bisa dihitung dan waktu penjualan produk juga bisa diperkirakan. Sehingga kamu akan tahu kapan perusahaan bisa balik modal.

4. Menganalisis profitabilitas bisnis

Terakhir, tujuan sekaligus manfaat BEP adalah untuk menganalisa apakah perusahaan benar-benar bisa menghasilkan laba. Perhitungan BEP dapat menjadi dasar menentukan profit bisnis.

Elemen-Elemen dalam BEP

Setelah mengetahui pengertian Break Even Point, selanjutnya untuk bisa menghitung rumus BEP setidaknya kamu harus tahu elemen apa saja yang ada di dalamnya. Nah, di bawah ini elemen BEP adalah sebagai berikut.

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Elemen pertama adalah biaya tetap, biaya tetap merupakan biaya yang pasti dikeluarkan oleh perusahaan sekalipun saat tidak memproduksi barang. Contoh dari fixed cost di antaranya adalah biaya untuk gaji karyawan, sewa gedung, biaya perawatan, bunga bank, dan masih banyak lagi.

2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Jika biaya tetap selalu dikeluarkan meski tidak melakukan produksi, maka berbeda dengan biaya variabel. Variable cost merupakan biaya yang mengikuti jumlah barang yang hendak diproduksi. Semakin banyak yang akan diproduksi maka biaya variabel juga akan semakin besar. Jadi bisa dikatakan bahwa komponen biaya ini sifatnya dinamis.

3. Harga Penjualan

Harga penjualan adalah harga yang dikeluarkan perusahaan untuk menjual barang yang sudah diproduksi per unitnya. Harga ini terbentuk setelah semua biaya dijumlahkan. Di samping itu terdapat harga murni atau harga pokok penjualan (HPP), merupakan harga yang nominalnya sama dengan BEP.

4. Margin Laba

Elemen berikutnya adalah margin laba atau keuntungan. Nilai ini perlu kamu tambahkan pada harga produk apabila nilai BEP sudah diketahui. Tidak ada aturan khusus dalam menetapkan keuntungan, nilai ini tergantung pada keputusan perusahaan.

Cara Menghitung BEP

Apabila sudah mengetahui apa saja elemennya, berikutnya kita akan masuk pada cara menghitung BEP. Kamu dapat menghitung BEP baik berupa unit maupun rupiah. Di bawah ini kita akan menghitung keduanya dengan sebuah contoh soal.

Rumus mencari BEP adalah seperti berikut:

Break Even Point (BEP) Unit = Biaya Tetap : (harga per unit – biaya variabel per unit)

Kemudian kita akan masuk pada contoh soalnya. Sebuah perusahaan memiliki data biaya sebagai berikut:

Biaya tetap atau fixed cost dengan jumlah Rp80.000.000

  • Biaya gaji: Rp50.000.000
  • Biaya sewa gedung: Rp20.000.000
  • Biaya perawatan mesin: Rp10.000.000

Biaya variabel per unit yaitu Rp50.000

  • Biaya bahan baku: Rp20.000
  • Biaya tenaga kerja langsung: Rp15.000
  • Biaya lain: Rp15.000

Selanjutnya harga jual per unit ditetapkan pada harga Rp70.000. Sekarang kita akan mencari BEP baik dalam bentuk unit dan rupiah. 

Perhitungan BEP yaitu sebagai berikut:

Break Even Point (BEP) Unit = Biaya Tetap : (harga per unit – biaya variabel per unit)

BEP unit = Rp80.000.000 : Rp70.000 – Rp50.000

BEP unit= Rp80.000.000 : Rp20.000

BEP unit= 4.000 unit.

Jadi, dari rumus di atas diperoleh BEP unitnya yaitu 4.000.

Kemudian perhitungan BEP rupiah yaitu sebagai berikut:

Break Even Point (BEP) Rupiah = Biaya Tetap : (margin per unit : harga per unit)

BEP rupiah= Rp80.000.000 : (Rp20.000 : Rp70.000)

BEP rupiah= Rp80.000.000 : 0,285

BEP rupiah= Rp280.701.754.

Jadi, nilai BEP rupiah dari contoh di atas yaitu Rp280.701.754.

Sehingga kesimpulannya untuk memperoleh kondisi impas atau tidak mengalami kerugian tapi juga tidak mendapat untung dengan harga penjualan Rp70.000 setidaknya harus bisa menjual sebanyak 4.000 unit.

Apabila penjualan kamu sudah melebihi 4.000 unit maka seluruh biaya bisa tertutup dan mendapat untung. Namun jika kurang dari 4.000 unit maka kamu tidak bisa menutup biaya produksi dan otomatis rugi. Bagaimana, sampai sini pastinya kamu sudah paham cara menghitung BEP ‘kan?

Faktor yang Meningkatkan Break Even Point (BEP) Perusahaan

Suatu perusahaan atau bisnis harus menghitung BEP demi mengetahui target minimum produk terjual untuk menutupi biaya produksi. BEP dapat meningkat atau menurun, tergantung dari faktor-faktor berikut ini.

1. Peningkatan penjualan pelanggan

Adanya peningkatan penjualan ke konsumen, membuat permintaan menjadi tinggi sehingga perusahaan perlu memproduksi lebih banyak produk untuk memenuhi tambahan permintaan konsumen ini. Dengan begitu, perusahaan akan menaikkan BEP untuk menutupi biaya tambahan tersebut.

2. Kenaikan biaya produksi

Dalam bisnis, bagian tersulit adalah ketika permintaan atau peminat produk tidak meningkat namun biaya variabel meningkat, misalnya harga bahan baku produk. Jika kejadiannya seperti ini, BEP akan naik karena adanya biaya tambahan tersebut. Selain biaya produksi, biaya yang akan naik antara lain kenaikan gaji karyawan dan sewa gudang.

3. Perbaikan peralatan produksi

Proses produksi akan terputus ketika ada hambatan pada jalur produksi, seperti adanya peralatan produksi yang rusak. Maka imbasnya BEP akan meningkat karena adanya jumlah target unit yang tidak diproduksi dalam periode waktu tertentu.

Sudah Tahu Pengertian dan Cara Menghitung BEP?

Jadi, pengertian Break Even Point adalah sebuah kondisi di mana sebuah bisnis atau perusahaan beroperasi secara normal namun tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Kondisi ini kemudian disebut dengan titik imbang (even) atau titik nol.

Dalam kondisi ini, hasil penjualan yang didapatkan sama dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Penghasilan tersebut masih bisa menutup biaya-biaya produksi namun perusahan juga tidak mendapat untung.

Menghitung BEP ini sangat penting dalam bisnis untuk mengetahui berapa minimal minimal produk yang harus dijual agar tidak mengalami kerugian. Nah, untuk kamu yang sedang berbisnis online maupun offline, cobalah hitung BEP bisnismu!

Demikian artikel ini semoga bermanfaat, ya! Kamu juga bisa membaca artikel informatif lainnya di blog Dewaweb. Jika tertarik, kamu juga dapat mengikuti program afiliasi dari Dewaweb ataupun webinar gratis dari Dewatalks yang pastinya bermanfaat untuk menambah wawasanmu seputar dunia digital dan pengembangan website. Salam sukses online!