Memilih front end frameworks yang tepat menjadi langkah krusial bagi seorang front end developer. Penggunaan framework dalam development website mampu menghasilkan tampilan situs yang menarik dan cepat.
Setiap framework tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Nah, untuk memudahkan kamu menemukan front end framework yang cocok, kali ini Dewaweb akan mengulas 10 framework terbaik yang dapat kamu coba. Simak terus sampai akhir ya!
Apa Itu Front End Frameworks?
Front end frameworks adalah kerangka kerja yang digunakan untuk membangun antarmuka pengguna (User Interface/UI) situs web atau aplikasi. Framework ini mengatur tampilan dan fungsionalitas UI, sehingga memudahkan pengembang dalam membangun aplikasi dengan cepat dan efisien.
Dalam framework ini, pengembang dapat mengatur layout, gaya, interaksi, dan responsivitas website atau aplikasi. Dengan begitu, developer tidak perlu memulai dari awal dan menciptakan ulang semua fitur dan komponen yang umum ditemukan pada situs web atau aplikasi, melainkan cukup menggunakan fitur-fitur yang telah tersedia dalam framework.
Selain itu, framework ini juga dapat memastikan keseragaman dan konsistensi dalam tampilan UI. Alhasil, pengguna bisa mendapatkan pengalaman yang lebih baik saat menggunakan aplikasi atau situs web.
Baca Juga: Mau Jadi Front End Developer? Ini Skill yang Perlu Dikuasai!
Rekomendasi Front End Frameworks Terbaik
Setelah mengetahui pengertiannya, sekarang kita akan masuk pada rekomendasi frontend frameworks terbaik yang dapat digunakan para developer.
1. React.js
React.js adalah salah satu framework front-end terbaik yang dapat direkomendasikan kepada pengembang web saat ini. Ini merupakan pilihan yang populer karena kecepatan dan efisiensinya dalam membangun antarmuka pengguna yang responsif dan menarik secara visual.
React.js memiliki arsitektur komponen yang memungkinkan pemisahan tugas dalam pengembangan web, sehingga memudahkan dalam mengelola dan mengubah komponen yang ada. Selain itu, React.js juga menyediakan pembaruan asinkronis yang cepat, yang memungkinkan antarmuka pengguna untuk tetap responsif dan tidak terpengaruh oleh kinerja jaringan yang buruk.
Dengan adanya fitur-fitur ini, React.js memungkinkan pengembang untuk membangun aplikasi berbasis web yang sangat scalable dan mudah diuji. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh react.js diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan React.js
- React.js menggunakan virtual DOM yang memungkinkan perubahan pada halaman web menjadi lebih efisien tanpa perlu memuat ulang halaman secara keseluruhan.
- React.js memiliki komponen yang dapat digunakan kembali, sehingga memudahkan dalam pengembangan dan pemeliharaan proyek.
- Mendukung pengembangan aplikasi lintas platform dengan menggunakan react native.
Namun, masih ada kekurangan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan React.js.
Kekurangan React.js
- React.js memiliki kurva pembelajaran yang tinggi, terutama bagi pengembang yang baru mengenalnya.
- Kemampuan re-rendering yang cepat membuat react.js mungkin tidak cocok untuk proyek dengan skala kecil atau sederhana yang tidak membutuhkan performa tinggi.
2. Angular.js
Angular.js adalah salah satu framework front-end JavaScript terpopuler yang digunakan untuk membuat aplikasi web. Framework ini dikembangkan oleh Google dan menyediakan berbagai fitur yang kuat untuk mengembangkan aplikasi yang canggih dan responsif.
Angular.js menggunakan model pengikatan data dua arah yang memungkinkan perubahan pada data secara instan terlihat dalam tampilan, serta menerapkan pola desain MVC (Model-View-Controller) yang memisahkan logika aplikasi dari tampilan. Dengan menggunakan Angular.js, pengembang dapat membangun aplikasi web yang kompleks dengan efisien dan lebih mudah.
Kelebihan Angular.js
- Kemudahan dalam membangun aplikasi web yang dinamis dan interaktif. Dengan Angular.js, pengembang dapat dengan mudah memanipulasi HTML dan CSS, serta menghubungkan data dengan tampilan melalui penggunaan binding.
- Menyediakan fitur-fitur hebat seperti routing, validasi form, dan pengujian otomatis.
- Menyediakan pustaka berisi komponen UI yang dapat digunakan secara langsung, seperti tombol, form, dan tabel, sehingga memudahkan pengembang dalam membuat tampilan yang menarik dan interaktif.
Kekurangan Angular.js
- Kompleksitasnya yang kadang sulit dipahami oleh pengembang pemula.
- Dapat mempengaruhi performa aplikasi jika tidak dioptimalkan dengan benar.
- Dapat memiliki waktu muat yang lambat dan beban memori yang tinggi, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
3. Vue.js
Vue.js adalah framework JavaScript yang sangat fleksibel dan mudah dipahami. Dengan Vue.js, developer dapat dengan cepat mengembangkan aplikasi front-end yang interaktif dan responsif. Hal ini karena Vue.js memiliki konsep yang sederhana dan intuitif dalam mengelola komponen dan state.
Selain itu, Vue.js juga memiliki kemampuan yang kuat dalam menghubungkan data dengan tampilan melalui sistem reaktif yang dimilikinya. Dengan demikian, perubahan data akan secara otomatis diperbarui di tampilan tanpa perlu melakukan manipulasi manual.
Vue.js juga memiliki dokumentasi yang sangat baik dan komunitas pengembang yang aktif, sehingga memudahkan pengembang untuk mendapatkan bantuan dan mendapatkan pembaruan terbaru. Dalam keseluruhan, Vue.js adalah pilihan yang sangat baik untuk pengembangan aplikasi front-end yang cepat, efisien, dan mudah dipelajari.
Kelebihan Vue.js
- Memiliki performa yang sangat baik. Hal ini dikarenakan Vue.js menggunakan sistem Virtual DOM yang memungkinkan perubahan pada tampilan UI hanya dilakukan pada bagian yang memang diperlukan, sehingga menghemat penggunaan sumber daya komputer.
- Memiliki ukuran file yang lebih kecil dibandingkan dengan framework lain seperti React atau Angular. Hal ini membuat proses loading website menjadi lebih cepat.
- Memiliki dokumentasi yang lengkap dan mudah dipahami oleh para pengembang, sehingga mempermudah dalam penggunaannya.
Kekurangan Vue.js
- Merupakan framework yang relatif baru, sehingga terdapat fitur-fitur yang belum sepenuhnya matang atau belum tersedia. Hal ini dapat menghambat pengembangan beberapa proyek yang membutuhkan fitur tambahan yang belum ada pada Vue.js.
- Karena masih baru, mungkin akan sedikit sulit untuk menemukan pengembang dengan keahlian yang sesuai dengan Vue.js. Hal ini dapat memperpanjang proses pengembangan proyek yang menggunakan Vue.js.
Meskipun begitu, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Vue.js tetap menjadi salah satu rekomendasi terbaik untuk pengembangan front end yang cepat dan efisien.
4. jQuery
jQuery adalah salah satu library JavaScript yang telah ada sejak tahun 2006. Meskipun secara teknis bukan merupakan sebuah framework, jQuery tetap relevan dan banyak digunakan untuk membuat website, mobile app, dan desktop app.
Fungsinya utama adalah untuk memanipulasi CSS dan DOM guna menciptakan pengalaman pengguna yang lebih interaktif. Tidak hanya itu, jQuery menjadi terkenal karena kemudahannya dalam penggunaan dan didukung oleh komunitas yang besar dan berpengalaman. Front end framework ini cocok digunakan bagi kamu yang hendak membuat aplikasi desktop berbasis JavaScript atau ingin membangun website interaktif yang dapat berjalan di berbagai jenis browser.
Kelebihan jQuery
- Penulisan kode yang simpel membuat framework ini mudah dipelajari.
- Dapat berjalan dengan baik pada hampir semua browser yang ada di pasar.
- Menyediakan berbagai pilihan plugin yang dapat digunakan untuk menambah fitur dan kemampuannya.
Kekurangan jQuery:
- Memiliki ukuran yang relatif besar, karena satu paket jQuery mencakup semua komponen DOM, Events, Effects, dan AJAX.
- Kinerjanya cenderung lambat karena ukuran yang besar tersebut.
- Tidak memiliki Data Layer, yang mengakibatkan proses manipulasi DOM menjadi lebih rumit.
5. Svelte
Berbeda dengan jQuery, Svelte merupakan salah satu front end frameworks terbaru, yaitu baru diluncurkan pada tahun 2016,
Perbedaan utama Svelte dengan framework lainnya adalah bahwa Svelte bukanlah framework atau library, melainkan sebuah compiler. Compiler ini berbasis JavaScript, HTML, dan CSS, dan mampu menggabungkan ketiga elemen tersebut dengan baik.
Svelte adalah pilihan yang tepat bagi kamu yang berniat membangun proyek dengan skala kecil dan jumlah pengembang yang terbatas
Kelebihan Svelte
- Ringan dan sederhana karena memanfaatkan library JavaScript yang sudah ada.
- Performanya lebih cepat dibandingkan framework populer lain seperti React atau Angular.
- Aturan penulisan yang minimalis memungkinkan proses pengembangan aplikasi menjadi lebih cepat.
Kekurangan Svelte
- Komunitas yang masih terbatas dan belum berkembang sepenuhnya.
- Jumlah tools pengembang yang tersedia masih terbatas.
- Belum terlalu populer karena belum lama diluncurkan
6. Preact
Preact adalah sebuah front end framework yang dikembangkan oleh Jason Miller pada tahun 2015. Nama framework ini sesuai dengan sifatnya yang merupakan alternatif dari React, karena memiliki fitur dan API yang hampir mirip dengan React.
Salah satu keunggulan Preact adalah ukurannya yang jauh lebih kecil daripada React, hanya sekitar 3 KB saja. Hal ini membuat aplikasi yang menggunakan Preact menjadi lebih ringan dalam segi ukuran dan memiliki performa yang gesit. Kemudian Preact cocok digunakan untuk membangun website dari awal atau melakukan modifikasi pada proyek yang sebelumnya dibangun menggunakan React.
Meskipun disebut sebagai framework, Preact sebenarnya merupakan sebuah library. Namun, ia sudah menggunakan Virtual DOM seperti sebuah framework.
Kelebihan Preact
- Ukuran yang sangat kecil sehingga meringankan beban kerja aplikasi yang dibangun.
- Kinerjanya cepat karena menggunakan Virtual DOM dengan cara kerja yang ringkas.
- Kompatibel dengan hampir semua ekosistem yang ada pada React.
Kekurangan Preact:
- Kurang populer dan komunitas yang relatif kecil jika dibandingkan dengan React.
- Tidak mendukung propTypes, fitur kunci yang ada di React, sehingga hanya mendukung migrasi dengan ES6 API.
7. Ember
Ember.js adalah sebuah front end framework JavaScript yang telah dikembangkan sejak tahun 2011 oleh Yehuda Katz. Seperti beberapa framework lainnya, Ember.js juga termasuk framework open source dengan lisensi MIT.
Ember.js merupakan jenis framework MVVM yang ditulis dalam bahasa JavaScript. Meskipun dianggap sebagai salah satu framework yang sulit untuk dipelajari, namun kemampuannya sudah terbukti dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan website dan mobile app dengan beragam fitur unggulan.
Kelebihan Ember.js
- Server-side rendering yang membuat halaman website tampil lebih cepat.
- Kinerja yang cepat dan responsif berkat beragam tools bawaan seperti routing dan testing.
- Dokumentasi yang tergolong lengkap.
Kekurangan Ember.js
- Komunitas yang masih minim.
- Jarang mendapatkan update dari kreator.
- Struktur kode yang kaku sehingga sulit dipelajari.
- Terlalu banyak fitur sehingga kurang cocok untuk aplikasi sederhana.
Baca Juga: 13 Rekomendasi Framework PHP Terbaik untuk Web Developer
8. Backbone
Backbone.js adalah sebuah front end framework yang dikembangkan oleh Jeremy Ashkenas, yang juga merupakan penulis CoffeeScript, pada tahun 2010. Framework ini termasuk dalam kategori framework open source yang dirilis dengan lisensi software MIT.
Backbone.js dibangun menggunakan bahasa JavaScript. Meskipun memiliki aturan penulisan kode yang sederhana, kemampuannya tidak boleh dianggap remeh. Backbone.js mampu digunakan untuk membangun Single Page Applications (SPA) dengan lancar.
Kelebihan Backbone.js
- Kinerjanya cepat dan ukuran yang ringan.
- Mudah dipelajari oleh pemula.
- Pembangunan sistem yang kompleks menjadi lebih mudah berkat adanya API.
Kekurangan Backbone.js
- Hanya menyediakan tools untuk versi standar dengan kemampuan yang terbatas.
- Memerlukan penulisan kode dalam bentuk Boilerplate untuk mengatur komunikasi antara Model dan View.
9. Semantic-UI
Seperti Svelte, Semantic UI adalah salah satu framework yang termasuk dalam kelompok baru. Semantic UI adalah CSS framework terkemuka, sehingga secara default, ia tidak menggunakan DOM atau Data Binding sama sekali.
Meskipun demikian, Semantic UI mendukung integrasi dengan framework lain, seperti React, Angular, dan Ember.js. Selain itu, ia juga menyediakan dukungan plugin pihak ketiga untuk menambahkan fitur-fiturnya.
Kelebihan Semantic UI
- Tersedia berbagai pilihan tema dan komponen UI.
- Aturan penulisan kode yang mudah dipahami.
- Mendukung berbagai integrasi sehingga banyak fitur dapat ditambahkan.
Kekurangan Semantic UI
- Ukuran package yang cukup besar.
- Dukungan komunitas yang masih tergolong minim.
- Fitur dan fungsi bawaan yang cenderung terbatas.
10. Foundation
Foundation adalah frontend framework yang dirancang khusus untuk developer tingkat mahir yang diluncurkan pada tahun 2011.
Dengan berbasis JavaScript, HTML, dan CSS, framework ini dirancang untuk membangun proyek berskala besar dalam ruang lingkup perusahaan. Foundation menawarkan berbagai fitur untuk pengembangan tingkat lanjut.
Selain itu, Foundation juga memiliki beberapa framework khusus untuk kebutuhan tertentu, seperti Foundation for Apps yang digunakan untuk membangun SPA, dan Foundation for Email yang ditujukan untuk membuat aplikasi email.
Kelebihan Foundation
- Mendukung integrasi dengan Library HTML5, seperti Form Validation.
- Rendering otomatis untuk tampilan yang responsif pada berbagai perangkat.
- Kustomisasi tingkat lanjut untuk menciptakan tampilan yang menarik.
Kekurangan Foundation
- Cukup sulit dipelajari oleh developer pemula.
- Dukungan komunitas yang masih minim karena tidak terlalu populer.
Mana Framework Pilihanmu?
Sampai sini apakah kamu sudah menemukan front end frameworks pilihanmu? Setiap framework memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, kamu bisa memilih sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Temukan informasi lain seputar framework, website lainnya di blog Dewaweb, serta ikut program afiliasi, dan daftar webinar gratis di Dewatalks untuk selalu mendapatkan informasi terkini seputar dunia web development.